KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN 

Sebagai seorang pendidik seringkali akan  bersinggungan atau berhadapan dengan permasalahan-permasalahan di sekolah, yang berkaitan dengan kesiswaaan, tantangan/ hambatan dalam proses pembelajaran di kelas atau permasalahan dengan warga sekolah lain. Permasalahan-permasalahan ini tentu saja memerlukan solusi yang tepat. Oleh karena itu, sebagai pemimpin pembelajaran guru juga perlu memiliki kompetensi yang mumpuni dalam memutuskan solusi dari permasalahan tersebut. Harapan dari solusi yang diputuskan adalah solusi yang bisa memfasilitasi kebutuhan dari seluruh warga sekolah. Dalam hal ini misalnya permasalahan yang berkaitan dengan siswa dan pembelajaran di kelas solusi yang diputuskan oleh guru haruslah berpihak pada murid. Kemudian, solusi dari permasalahan yang berkaitan dengan warga sekolah juga harus memenuhi aspek wellbeing warga sekolah. 




Lalu, Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpinFilosofi Ki Hadjar Dewantara ( Ing ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani) merupakan  prinsip dasar dalam mengambil keputusan agar solusi yang diputuskan merupakan solusi yang berpihak pada murid. Kalau saya kaitkan dengan wawancara dengan kepala sekolah, mengatakan bahwa setiap masalah yang dialami oleh siswa tentu memiliki latar belakang yang perlu dianalisis lebih dalam penyebabnya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa punya alasan tertentu yang perlu dieksplorasi oleh guru sebelum mengambil keputusan. Guru perlu melakukan investigasi dari siswa, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal nya. Seburuk-buruk penilaian terhadap siswa pasti ada nilai-nilai kebaikan yang ditemukan pada dirinya dan itu menjadi pertimbangan oleh sekolah untuk memutuskan solusi terbaik terhadap permsalahan yang dibuat oleh siswa. Pada akhirnya keputusan yang diambil adalah keputusan yang memperhatikan masa depan pendidikan dari siswa atau dengan kata lain Berpihak pada Murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Sebagai seorang pendidik ada standar etika yang harus dipegang dalam setiap tindakan yang diambil, terutama dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai kebajikan dalam etika adalah pegangan utama yang harus dijunjung tinggi, misalnya nilai keadilan untuk menegakkan aturan, empati kepada siswa, tanggung jawab dalam tugas dan lain sebagainya. Sebagaimana dasar dalam pengambilan keputusan memperhatikan tiga dasar, yaitu tanggung jawab, mengandung nilai kebajikan dan berpihak pada murid. 

Dalam pengambilan keputusan biasanya yang saya alami menimbulkan keraguan atas keputusan yang diambil. Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut? 1 hal yang saya dapatkan ketika melakukan diskusi tanya jawab dengan Kepala SMAN 2 Sungaiselan, Dr. Hamdan, S.Pd.,M.M  ketika mengalami keraguan, keputusan final yang diambil perlu pengkajian ulang dari sisi data yang menjadi pertimbangan dalam  pengambilan keputusan. Kemudian proses yang sudah sesuai prosedur. Pedoman kita dalam memutuskan suatu perkara adalah aturan. Namun, penegakan aturan terutama dalam institusi pendidikan perlu pertimbangan nilai-nilai etika, seperti empati, tanggung jawab, keadilan dan lain sebagainya. Efektifitas pengambilan keputusan apabila menemukan keraguan atau kejanggalan dapat dikaji lebih lanjut melalui sesi "Coaching" atau bimbingan dengan pendamping atau fasilitator. Dalam sesi coaching dengan menggunakan alur TIRTA akan membantu kita untuk membuka pikiran/ menganalisis proses pengambilan keputusan tersebut apakah sudah sesuai. 



Kompetensi sosial emosional juga merupakan aspek yang perlu dimiliki oleh guru dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan dilema etika. Kemampuan sosial emosional yang perlu didalami oleh guru untuk memutuskan suatu permasalahan diantaranya dalam hal mengelola diri, mengelola stress, mempertimbangkan pendapat orang lain, rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain serta kemampuan berkomunikasi efektif. Kemampuan-kemampuan tersebut tentu akan membantu guru untuk berpikir jernih dalam mempertimbangkan solusi terbaik yang diambil saat berhadapan dengan permasalahan pembelajaran di kelas, atau dengan siswa.  

Kemudian, bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari pikiran pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kacamata dan ketepatan kemampuan pendidik dalam membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya. Perlu diketahui kembali bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya siswa. Pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebaikan tentu akan menghasilkan keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Tidak semua aksi positif yang dilakukan dalam sebuah komunitas akan ditanggapi positif oleh orang lain. Kritik dan masukan merupakan sebuah dinamika apalagi dalam pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak di sekolah. Terkadang tindakan positif yang kita lakukan disalahartikan oleh pihak yang tidak suka terhadap pribadi. Dalam hal ini, nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh guru menjadi peran penting dalam konsistensi guru dalam menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap pengambilan keputusannya, terutama pada pembelajaran di kelas. Dalam penanganan kasus dilema etika, guru berpedoman pada 3 prinsip, 4 paradigma, dan  9 langkah pengambilan keputusan. Tentu saja keputusan-keputusan yang diambil yang sesuai dengan prosedur, terutama berkaitan dengan pembelajaran harus memperhatikan keberpihakan terhadap murid, sesuai dengan kebutuhan murid, relevan dengan masa kini sehingga pembelajaran yang dirancang adalah pembelajaran yang menarik perhatian murid, menyenangkan dan bermakna. 

Keputusan-keputusan yang guru ambil dalam suatu perkara siswa tentu akan berdampak pada masa depan siswa. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan perlu betul-betul dipikirkan dengan melibatkan banyak pihak di sekolah. Dalam sesi wawancara dengan Kepala SMAN 1 Sungaiselan, Bapak Subagio, S.Pd mengatakan bahwa ada prosedur tertentu dalam sekolah dalam mengambil keputusan melibatkan warga sekolah untuk berdialog. Lebih lanjut, keputusan yang diambil juga perlu melibatkan orang tua dari siswa yang sebenarnya memiliki data-data observasi yang lebih lengkap, yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Di sekolah pun telah membentuk tim kecil dalam menanggulangi permasalahan siswa, yang terdiri dari guru mata pelajaran, guru BK dan kesiswaan untuk melakukan kajian permasalahan siswa dan menjadi bahan pertimbangan sekolah untuk merumuskan solusi terbaik yang berpihak pada murid. 

Dari uraian ini dapat saya tarik benang merah bahwa dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pendidik harus memiliki  kompetensi yang mumpuni dan berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts